Awal tahun 1950an berdiri perusahaan dengan nama (Naamloze Vennootschap) NV. Piola. Nama PIOLA sendiri diambil dari nama salah
seorang anak J.K. Panggabean, Piola Panggabean yang juga menjadi salah
satu Direktur di perusahaan tersebut. J.K.
Panggabean sebagai Presiden Direktur tidak terjun langsung dalam mengelola
bisnis VW ini, tetapi melalui Frans
Panggabean, Albert Panggabean
(salah satu puteranya yang gemar olahraga reli), dan Piola Panggabean yang berperan besar dalam menjalankan perusahaan
ini. PIOLA juga adalah singkatan
dari "Progress Is
Our Life's Aim", yang merupakan semboyan perusahaan.
Foto VW Kombi tahun 1952 yang datang pertama kali di Indonesia |
Mulai awal November 1952 NV. Piola mendatangkan
mobil-mobil VW dalam bentuk utuh dari
Jerman melalui pelabuhan Tanjung Priok.
Djakarta 19 November 1952 (Antara) - Tadi pagi dengan kapal "Oranje" telah tiba di
Indonesia 15 mobil merk "Volkswagen" sebagai levering pertama dari
djumlah sebanjak 250 buah jang dipesan oleh perusahaan import NV.
"Piola"Djakarta dari paberik Otto Volkswagen di Wolfsburg Djerman Barat.
Mobil2 Volkswagen jang pertama
ini terdiri dari model "Kombi" sematjam stationwagon untuk 8
penumpang, model "Lieferwagen" sematjam mobil pengangkut dan sebuah
mobil ambulance untuk Djawatan Kesehatan.
Dalam pesanan "Piola"
djuga termasuk mobil2 biasa jang kini belum datang.
Menurut keterangan direksi
"Piola" pesanan Volkswagen jang pertama ini merupakan kemenangan bagi
usaha import nasional, pun diterangkan, bahwa Indonesia adalah negara pertama
di Asia jang mengimport mobil tsb.
(BERITA ANTARA NEWS)
Pada 5 Desember 1952, mendapat 242 kiriman mobil-mobil VW dari pabrik VW di Jerman yang telah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Terdiri dari 134 Beetle dan 108 Combi termasuk model Delivery Van dan Ambulance, yang diimpor
oleh NV. Handel Mij. PIOLA milik Johan
Kepler Panggabean. NV. PIOLA,
menjadi sole agent dan sole distributor resmi
mobil Volkswagen di Indonesia.
Foto: Berita di koran berbahasa Belanda
NIEUWSGIER Jumat, 12 Desember 1952 tentang NV. PIOLA pada Rabu 10 Desember 1952
mengadakan resepsi untuk kedatangan mobil-mobil VW, yang sangat populer
tersebut. Pada foto, J.K. Panggabean dan Nyonya dengan para staf PIOLA, tepat
sebelum tur dan pameran mobil dimulai.
Pada 13 Desember 1952, J.K.
Panggabean mengundang sejumlah wartawan untuk melakukan uji coba sekaligus
tamasya bersama mobil-mobil VW, yang
bagi orang Indonesia merupakan hal baru. Sebanyak 9 Combi, 1 Pick-Up, 1 Ambulance dan Beetle (yang tidak disebutkan
jumlahnya), berangkat dari kantor NV.
PIOLA di Jl. Hayam Wuruk No. 122, Jakarta. Konvoi mobil-mobil VW tersebut dikawal polisi bermotor
menuju Bogor, kemudian melewati tanjakan dan tikungan Puncak, dan finish di
Bandung. Rombongan diterima oleh dealer VW di Bandung, Sumber Motor NV. di Jl. Braga 71, yang malamnya mengadakan resepsi
perkenalan yang menarik khalayak ramai dari dunia usaha dan pemerintah.
Foto: Uji coba 9 Combi, 1 Pick-Up, 1 Ambulance dan Beetle di daerah Puncak, Jawa Barat. |
Pada 1958, sesuai dengan peraturan Pemerintah Indonesia setelah
terjadi nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia, maka NV. PIOLA berubah nama menjadi PT. PIOLA.
Sejak pertama kali VW
dikirim ke Indonesia mulai pada 1952, selanjutnya ada periode lima tahun selama tahapan
yang kemudiaan diikuti oleh masa kelangkaan dan hampir tidak ada mobil-mobil VW (termasuk juga mobil-mobil barat merek
lain) yang dapat diimpor ke Indonesia. Pembatasan impor oleh Pemerintah
Indonesia karena perekonomian Indonesia yang sedang buruk dan gejolak politik
dalam negeri telah membuat impor mobil menjadi turun hingga batas minimum dan
pada akhirnya berhenti sama sekali.
Kelangkaan dan kekosongan produk baru maupun stock mobil VW di Indonesia ini terjadi antara tahun
1957 dan 1960, hal ini akibat memanasnya masalah Irian Barat diikuti dengan
peristiwa pengambil-alihan dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia
yang disusul dengan pemulangan orang-orang expatriate secara besar-besaran.
.
Dalam situasi kelangkaan dan bahkan kadang tidak adanya mobil
VW yang diimpor ke Indonesia tidak
menyurutkan semangat PT. PIOLA untuk
terus mengiklankan dan memperkenalkan VW kepada masyarakat Indonesia. "Let's advertise in good
times", kata PIOLA
kepada Volkswagen AG dan mereka tidak
ingin kehilangan kesempatan apapun untuk terus mempromosikan VW kepada publik. Salah satu contoh
kegiatan yang dilakukan adalah keikutsertaan dalam Pameran Industri atau Auto Cross Event untuk memperingati 40
tahun Institut Teknologi Bandung.
Setiap kesempatan dipergunakan sebaik-baiknya, sebelum publik dapat kembali
melihat VW hadir di Indonesia. Waktu
itu jaringan dealer PT. PIOLA
tersebar di 7 kota besar Indonesia, yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Medan, Palembang dan Makassar.
Foto: Departemen Periklanan PT. PIOLA membuat display yang sangat menarik untuk mempromosikan kendaraan komersial VW. |
Nama PIOLA semakin populer di tahun 1960-an karena aktif menjadi
promotor berbagai kegiatan otomotif yang di selenggarakan IPMJ (Ikatan
Penggemar Motor Jakarta) dan IMI (Ikatan Motor Indonesia).
Foto: Konvoi Beetle di Salemba, Jakarta pada 1960-an. |
Khusus untuk Karmann Ghia,
harganya pada waktu itu lebih mahal dari Beetle
dan bisa dikategorikan mobil sport. Untuk mempromosikan mobil ini,
digunakan dalam setiap kegiatan otomotif yang disponsori PT. PIOLA.
Foto Display VW yang dilakukan PT. PIOLA untuk mendongkak penjualan |
Dalam kunjungan kenegaraannya ke Jerman Barat (4-6 September
1970), Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan para industriawan dan
pengusaha Jerman Barat. Sehingga kemudian pada 1970, Volkswagen AG memasuki pasar Indonesia dan, bersama-sama dengan Daimler-Benz AG dan perusahaan Indonesia
mendirikan sebuah perusahaan perakitan PT.
German Motor Manufacturing. Seorang wakil dari Volkswagen AG menjabat sebagai Direktur Keuangan; eksekutif lainnya
dari Wolfsburg untuk meningkatkan
produksi. Pabrik perakitan ini yang akan meng-assembling mobil VW dan Mercedes-Benz di
Indonesia. Pendirian pabrik perakitan terpisah dari agen tunggal mengacu kepada
peraturan Pemerintah Indonesia ketika itu. Selanjutnya, pabrik perakitan
dibangun di Jl. Sulawesi 1 Tanjung Priok, Jakarta.
Foto Suasana di Glodok Jakarta tahun 1970, banyak mobil termasuk VW seri pertama |
Pada 23 September 1971, resmi didirikan PT. Garuda Mataram Motor Company (selanjutnya disebut PT. Garuda Mataram), yang merupakan
investasi TNI Angkatan Darat. Keagenan VW
dialihkan dari PT. PIOLA kepada PT. Garuda Mataram menjadikan perusahaan
ini sebagai sole agent, sole assembler dan sole distributor VW
di Indonesia. PT. PIOLA sendiri
kemudian menjadi dealer (penyalur)
tetap.
Presiden Direktur PT.
Garuda Mataram kala itu adalah Brigjen.
Sofjar dari BKS KOSTRAD,
sedangkan Presiden Komisarisnya adalah Panglima
KOSTRAD. Para pemegang saham: Brigjen. Sofjar
(Finansial Officer, KOSTRAD) 25%,
Jenderal Cokropranolo (Aspri) 25%, Herman Setyadi (pengusaha keturunan)
25%, Sjarief Margetan (pengusaha
keturunan dari kelompok Maxim/Mantrust)
25%. Dan Sfojan Wanandi (Liem Bian Koen-finansial Officer for Opsus)
sebagai Komisaris
Di tangan PT. Garuda
Mataram, VW mulai kembali
dipasarkan di Indonesia dan akan di-assembling di
PT. German Motor Manufacturing.
Selain mengandalkan produk Beetle, Combi/Microbus dan Safari, perusahaan berplat hijau ini juga berencana memasarkan tipe
VW lainnya. PT. Garuda Mataram berharap dapat memasok kebutuhan mobil VW di masyarakat Indonesia, termasuk di
instansi militer dan instansi pemerintah Indonesia.
Foto: Perakitan VW bersama Mercedes-Benz di Pabrik Perakitan PT. German Motor Manufacturing di Tanjung Priok, Jakarta. |
Ketika Brigjen. Sofjar
meninggal pada 1973, jabatan Direktur Utama PT.
Garuda Mataram dialihkan Presiden
Soeharto kepada Kol. Arifin Adil.
Pada akhirnya keinginan PT.
Garuda Mataram untuk manufacturing sendiri
mobil di dalam negeri bisa terlaksana di tahun 1974. Sekalipun sebagai
permulaan, mesin 1600 cc dan chasis masih diimpor dari Jerman. Karoseri
body-nya dibuat oleh PT. Sakura Steel,
Jakarta. Dan mobil VW pertama made in Indonesia ini
diberi nama MITRA, yang merupakan
singkatan dari “Mini Transport Rakyat”.
Dalam bahasa Sansekerta, MITRA
berarti "teman, kawan atau
sahabat". Jadi dalam hubungannya dengan mobil ini, MITRA juga bisa diartikan sebagai TEMAN
DALAM BERUSAHA. Keunikan mobil ini, mesinnya berada di depan. Prototipe MITRA kemudian menjalani masa
percobaan untuk menguji kemampuannya.
Foto: Prototype Mitra yang mengalami uji |
Dengan mesin 1600cc, MITRA
memiliki konsumsi bensin 10 liter untuk 100 Km dan telah dinyatakan lulus uji
kelaikan jalan (Jawa-Bali) 10.000 Km tanpa berhenti. Rangka, tangki bensin dan
landasannya kemudian dibuat oleh PT.
PINDAD Bandung. Kacanya 200% lebih mahal dibanding harga impor kaca ini adalah buatan
PT. Asahimas. "Makin banyaknya local content (kandungan lokal) harga
malah makin tinggi," kata Sofjan Wanandi
yang menunjuk pada kaca sebagai contoh. Seluruh karoseri adalah produksi PT. German Motor Manufacturing yang juga
merakit kendaraan itu. Mengetahui pasaran sedang lesu, PT. Garuda Mataram mencoba menawarkan penjualannya dengan bantuan
kredit bank. Tercatat ada dua perusahaan yang pertama kali memesannya, yaitu PT. PROPELAD (Proyek Perhotelan Angkatan
Darat) dan PT. Pelita Air Service.
Pada 18 Juni 1974, beberapa mobil MITRA dan komponen-komponennya diperlihatkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta,
atas inisiatif Menteri Perindustrian M.
Jusuf didampingi Direktur Utama PT.
Garuda Mataram Arifin Adil.
Foto Bapak Presiden Soeharto meresmikan VW Mitra |
Foto Bapak Presiden Soeharto mencoba prototype VW Mitra |
Foto Bapak Presiden mengamati komponen VW Mitra |
Foto VW Mitra Chassis & semi cabin |
Foto Chassis VW Mitra dan Layout power train |
Pada 1975, MITRA -
Combi versi Indonesia - mulai diproduksi dan dipasarkan. Dalam promosinya, PT. Garuda Mataram mengklaim sebagai
“Kendaraan Pertama Buatan Indonesia“. Chasis-selanjutnyanya telah dibuat di
dalam negeri oleh PT. PINDAD Bandung.
Karoseri mobil dibuat oleh PT. German
Motor Manufacturing. Sebanyak 40% komponennya adalah buatan dalam negeri,
mengacu pada peraturan pemerintah ketika itu. MITRA dipasarkan dengan harga Rp.1.700.000,- jauh di bawah harga
Kombi dan Microbus yang ketika itu dipasarkan dengan harga Rp.3.750.000,- dan
Rp.3.950.000,-.
Pada pertengahan 1976, PT.
Garuda Mataram menggandeng Yayasan
Dharma Putra KOSTRAD menjadi salah satu pemegang saham sebesar 60%,
mengubah kebijakan dan mengganti Direktur Utama untuk memperbaiki kinerja
pemasaran dan menaikan posisi VW ke
golongan ’lima besar’. Sofyan Wanandi
kemudian dipilih sebagai Direktur Utama yang baru. Wanandi selagi masih jadi demonstran pada 1966, dikenal sebagai Liem Bian Koen. Melihat umur dan
pengalaman Wanandi dalam bisnis,
apalagi untuk mengepalai suatu usaha sebesar PT. Garuda Mataram, sebagian kalangan eksekutif perusahaan swasta
agak ragu akan manfaat pengangkatan ini. Tapi Wanandi bukan sembarang anak bawang. Dia didukung oleh Yayasan Dharma Putera KOSTRAD. Sebelum
jadi Direktur Utama, Wanandi
sesungguhnya sudah "di belakang" sebagai Komisaris. Sofyan Wanandi adalah tangan kanan Jenderal Sudjono Humardani, yang juga Asisten Pribadi Presiden Soeharto. Rapat
kerja selama dua hari kemudian dilaksanakan di Hotel Sari Pacific Jakarta, pada
awal 1977, yang di hadiri 45 peserta dari 32 penyalur di seluruh Indonesia.
Pada
pemasaran VW Mitra, ditawarkan dalam
berbagai macam konfigurasi, mulai dari Pick
Up, Van , Ambulans, Box, Bus, Double
Cabin, Hingga Hanya Chassis setengah kabin depan saja (agar bisa dikembangkan dikaroseri
lain), tentunya dengan harga yang terjangkau karena mobil ini merupakan proyek mobil nasional yang bertujuan
membuat mobil bisa dibeli banyak orang.
Foto VW Mitra model Kombi LieferWagen Blind Van karoseri German Motor |
Foto VW Mitra yang digunakan untuk box usaha Laundry |
Foto VW Mitra model Kombi LieferWagen Ambulance karoseri German Motor |
Foto VW Mitra chassis semi kabin yang di karoseri di Karoseri ABC Magelang menjadi Stationwagon |
Hingga Februari 1977, mobil MITRA yang berhasil dijual berjumlah 751 unit. Pemasarannya
dilakukan di seluruh Indonesia, dengan meng-cover 5
daerah yang dianggap strategis, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan
Makassar (d/h Ujung Pandang) untuk meng-cover daerah
Indonesia Timur. Mobil MITRA telah dipakai atau dipergunakan untuk PEMILU, oleh HANKAM, TNI - AD, POLRI, BUMD, kedinasan,hotel dan travel biro, perusahaan swasta, sebagai
truk sampah, dan juga oleh rumah sakit sebagai ambulance. Disamping sebagai angkutan
kendaraan umum lainnya.
Foto Iklan mobil VW Mitra Pickup |
Pada November 1977, PT.
Garuda Mataram memperkenalkan prototipe
Mini-Bus, sebagai angkutan umum penumpang baik dalam kota maupun luar kota.
Konsep pengembangan dari MITRA dengan
model lebih persegi mirip mobil bus. PT.
Garuda Mataram mengklaim bahwa Mini-Bus ini semakin sedikit bergantung pada
komponen impor, kecuali untuk mesin, transmisi, rem dan kemudi. Sisa 60% adalah
komponen buatan dalam negeri. "Kami telah mencoba mendahului (perusahaan
perakitan) yang lain," kata Direktur Utama Sofyan Wanandi pada waktu itu.
Umumnya perusahaan perakitan sudah diminta oleh pemerintah supaya secara
berangsur mengurangi pemakaian komponen impor, terutama untuk kendaraan niaga,
yang mendapat dorongan pemerintah, keharusan menggunakan komponen domestik
sangat didesak menjelang 1984. Enam tahun lagi dijadwalkan bahwa mesin pun
sudah harus dibuat di dalam negeri.
Meskipun VW telah
lebih dulu mengikuti jadwal tersebut, pemasarannya di Indonesia tidak begitu
bagus, karena dikalahkan oleh kendaraan Jepang sehingga jadi ketinggalan. PT Garuda Mataram meski prihatin dengan kondisi tersebut, tapi
tetap optimistis dengan Mini-Bus,
yang menurut Wanandi, "boleh
diandalkan." Mini-Bus bisa
memuat 16 orang, tapi bisa dirubah untuk 10 penumpang saja kalau mau lebih
lega. Memungkinkan pula untuk menjadi ambulance atau mobil jenazah. Mini-Bus juga memiliki nama lain yaitu VW Komodo, nama ini berasal dari
olok-olokan di lingkungan pegawai PT.
Garuda Mataram.
Mini-Bus ini ternyata tidak
laku di pasaran. Karoseri bodinya terlalu berat sehingga mengurangi
kemampuan mesinnya. Proyek ini kemudian dihentikan dan 2 unit prototipe Mini-Bus yang sempat dibuat kemudian di jual ke
intern pegawai PT. Garuda Mataram
beberapa tahun kemudian melalui lelang. Inilah embrio sebenarnya dari Mobil Nasional Buatan Indonesia.
Proyek pembuatan MITRA
akhirnya dihentikan, karena kerugian yang dirasakan PT. Garuda Mataram begitu besar, akibat penjualan yang tidak sesuai
dengan harapan. Mobil MITRA yang
berhasil dijual hanya berjumlah sekitar 900 unit, hampir semua ke sektor
Pemerintah. Kurang lakunya MITRA,
jika dibandingkan dengan pesaing terdekatnya Toyota Kijang, akibat adanya
perbedaan kualitas dalam sekali pandang antara MITRA yang satu dengan yang lain. Hal ini dapat dimaklumi karena
pihak perakit hanya menyediakan mesin lengkap dengan transmisi, chassis,
komponen kemudi roda dan sistim kelistrikannya, sedangkan kualitas pengerjaan
bodi dan lainnya tergantung pada perusahaan karoseri mana yang ditunjuk. Stock MITRA yang belum terjual menumpuk
di beberapa dealer VW, antara lain
seperti yang terjadi di Medan dan Makassar
VW Mitra sendiri merupakan
dari VW EA489 basistransporter yang
memang diciptakan oleh VW Jerman
untuk memenuhi pasar kendaraan komersial murah, EA489 memiliki platform truk kecil berpenggerak roda depan dengan
mesin VW berpendingin udara yang
diletakkan di depan. Bisa diaplikasikan menjadi kendaraan niaga model apa saja,
oleh sebab itu disebut Basistransporter.
VW Mitra sebenarnya bukan produk mobil nasional melainkan produk global dengan sentuhan Indonesia, terutama untuk karoseri tambahannya. Di Turkey VW EA 489 yang dijual adalah bentuk perubahan body yang pertama, sedang untuk Mitra adalah bentuk perubahan body ke dua. Selanjutnya model perubahan body ke dua pada mobil VW ini banyak di temui untuk produksi kombi Brasil tahun 1997-2014 sebagai VW Transporter T2C. Namun dengan layout mesin di belakang gerak roda belakang dengan grill angin dari depan
Foto VW EA489 di Amsterdam model perubahan pertama |
Foto VW EA489 di Turkey model perubahan pertama |
Foto VW EA489 di Brassil model perubahan pertama |
Foto VW Mitra exDepdikbud di JEC Yogyakarta 2017 |
Foto rongsokan Mitra di salah satu tempat mobil bekas di Surabaya |
Foto Mobil VW Mitra Damkar berhasil di restorasi di salah satu lokasi di Madiun |
Foto VW Mitra di modifikasi tronton pengangkut, di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, 2018 |
.VW Mitra ini menggunakan mesin VW Boxer 4 cylinder berkapasitas 1600cc dengan konfigurasi OHV Pushrod, dengan menggunakan pendingin udara bertekanan, mesin ini mampu menghasilkan tenaga maksimal
45 HP dan torsi maksimal 98 nm. Tenaga dari mesin kemudian disalurkan
melalui transmisi manual 4 percepatan ke roda depan.
Foto Rangka dan suspensi depan serta layout powertrain VW Mitra |
Foto Rangka, suspensi belakang, serta Rigid unpowered solid axle (lazy axle) |
Walaupun bodynya bongsor VW Mitra hanya mempunyai payload sebesar 1 ton, kalah jauh dengan
kehadiran pickup Jepang yang saat itu
sedang merajai, yaitu Colt T120 dan rivalnya Toyota Hi-Ace, yang menggunakan platform mesin tengah dengan gerak roda
belakang.
Foto VW Brasil T2c Transporter yang menggunakan parts body EA 489 perubahan yang ke dua (mirip Mitra) |
SPESIFIKASI TEKNIS VW MITRA (EA489 VERSI INDONESIA
| |
Chasis
|
Simple Ladder Frame
|
Engine Configuration
Engine Displacement
Motive DIN Power:
Power train Layout:
Suspension: FRONT
Suspension :REAR
Roadwheels :
Maximum Speed:
Payload:
Class:
Wheelbase:
Length:
Width
Height
Kerb weight
|
Flat four ‘boxer’ cylinder, overhead valve (OHV) with pushrods air-cooled system
1,584 cubic centimetres (96.7 cu in).
33 kilowatts (45 PS; 44 bhp) @ 4,000 revolutions per minute, 37 kW (50 PS; 50 bhp).
front mounted engine (under the cab), front-wheel drive.
– independent, longitudinal torsion bars & wishbones.
– rigid unpowered solid axle (lazy axle) with leaf springs.
4.5J x 14″
85 kilometres per hour (52.8 mph).
1,000 kilograms (2,205 lb).
commercial vehicle.
2,395 mm (94.3 in).
4,064 mm (160.0 in).
1,684 mm (66.3) at cab.
1,988 mm (78.3 in).
1,290 kg (2,844 lb)
|
No comments:
Post a Comment