Tuesday, September 11, 2018

"MITRA" MOBIL GLOBAL YANG GAGAL JADI MOBIL NASIONAL

Awal tahun 1950an berdiri perusahaan dengan nama (Naamloze Vennootschap) NV. Piola. Nama PIOLA sendiri diambil dari nama salah seorang anak J.K. Panggabean, Piola Panggabean yang juga menjadi salah satu Direktur di perusahaan tersebut. J.K. Panggabean sebagai Presiden Direktur tidak terjun langsung dalam mengelola bisnis VW ini, tetapi melalui Frans Panggabean, Albert Panggabean (salah satu puteranya yang gemar olahraga reli), dan Piola Panggabean yang berperan besar dalam menjalankan perusahaan ini. PIOLA juga adalah singkatan dari "Progress Is Our Life's Aim", yang merupakan semboyan perusahaan.


Foto VW Kombi tahun 1952 yang datang pertama kali di Indonesia

 Mulai awal November 1952 NV. Piola mendatangkan mobil-mobil VW dalam bentuk utuh  dari Jerman melalui  pelabuhan Tanjung Priok.
Djakarta 19 November 1952 (Antara) - Tadi pagi dengan kapal "Oranje" telah tiba di Indonesia 15 mobil merk "Volkswagen" sebagai levering pertama dari djumlah sebanjak 250 buah jang dipesan oleh perusahaan import NV. "Piola"Djakarta dari paberik Otto Volkswagen di Wolfsburg Djerman Barat. 
Mobil2 Volkswagen jang pertama ini terdiri dari model "Kombi" sematjam stationwagon untuk 8 penumpang, model "Lieferwagen" sematjam mobil pengangkut dan sebuah mobil ambulance untuk Djawatan Kesehatan. 
Dalam pesanan "Piola" djuga termasuk mobil2 biasa jang kini belum datang.
Menurut keterangan direksi "Piola" pesanan Volkswagen jang pertama ini merupakan kemenangan bagi usaha import nasional, pun diterangkan, bahwa Indonesia adalah negara pertama di Asia jang mengimport mobil tsb. 
(BERITA ANTARA NEWS)
Pada 5 Desember 1952, mendapat 242 kiriman mobil-mobil VW dari pabrik VW di Jerman yang telah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Terdiri dari 134 Beetle dan 108 Combi termasuk model Delivery Van dan Ambulance, yang diimpor oleh NV. Handel Mij. PIOLA milik Johan Kepler Panggabean. NV. PIOLA, menjadi sole agent dan sole distributor resmi mobil Volkswagen di Indonesia.

Foto: Berita di koran berbahasa Belanda NIEUWSGIER Jumat, 12 Desember 1952 tentang NV. PIOLA pada Rabu 10 Desember 1952 mengadakan resepsi untuk kedatangan mobil-mobil VW, yang sangat populer tersebut. Pada foto, J.K. Panggabean dan Nyonya dengan para staf PIOLA, tepat sebelum tur dan pameran mobil dimulai.

Pada 13 Desember 1952, J.K. Panggabean mengundang sejumlah wartawan untuk melakukan uji coba sekaligus tamasya bersama mobil-mobil VW, yang bagi orang Indonesia merupakan hal baru. Sebanyak 9 Combi, 1 Pick-Up, 1 Ambulance dan Beetle (yang tidak disebutkan jumlahnya), berangkat dari kantor NV. PIOLA di Jl. Hayam Wuruk No. 122, Jakarta. Konvoi mobil-mobil VW tersebut dikawal polisi bermotor menuju Bogor, kemudian melewati tanjakan dan tikungan Puncak, dan finish di Bandung. Rombongan diterima oleh dealer VW di Bandung, Sumber Motor NV. di Jl. Braga 71, yang malamnya mengadakan resepsi perkenalan yang menarik khalayak ramai dari dunia usaha dan pemerintah.




Foto: Uji coba 9 Combi, 1 Pick-Up, 1 Ambulance dan Beetle
di daerah Puncak, Jawa Barat.

Pada 1958, sesuai dengan peraturan Pemerintah Indonesia setelah terjadi nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia, maka NV. PIOLA berubah nama menjadi PT. PIOLA.

Foto: Peristiwa ketika berbagai aset milik perusahaan-perusahaan Belanda
diambil alih dan dicoreti grafiti menyusul pencanangan nasionalisasi
 perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia, pada Desember 1957

Sejak pertama kali VW dikirim ke Indonesia mulai pada 1952, selanjutnya ada periode lima tahun selama tahapan yang kemudiaan diikuti oleh masa kelangkaan dan hampir tidak ada mobil-mobil VW (termasuk juga mobil-mobil barat merek lain) yang dapat diimpor ke Indonesia. Pembatasan impor oleh Pemerintah Indonesia karena perekonomian Indonesia yang sedang buruk dan gejolak politik dalam negeri telah membuat impor mobil menjadi turun hingga batas minimum dan pada akhirnya berhenti sama sekali.
Kelangkaan dan kekosongan produk baru maupun stock mobil VW di Indonesia ini terjadi antara tahun 1957 dan 1960, hal ini akibat memanasnya masalah Irian Barat diikuti dengan peristiwa pengambil-alihan dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia yang disusul dengan pemulangan orang-orang expatriate  secara besar-besaran.
.
Dalam situasi kelangkaan dan bahkan kadang tidak adanya mobil VW yang diimpor ke Indonesia tidak menyurutkan semangat PT. PIOLA untuk terus mengiklankan dan memperkenalkan VW kepada masyarakat Indonesia. "Let's advertise in good times", kata PIOLA kepada Volkswagen AG dan mereka tidak ingin kehilangan kesempatan apapun untuk terus mempromosikan VW kepada publik. Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan adalah keikutsertaan dalam Pameran Industri atau Auto Cross Event untuk memperingati 40 tahun Institut Teknologi Bandung. Setiap kesempatan dipergunakan sebaik-baiknya, sebelum publik dapat kembali melihat VW hadir di Indonesia. Waktu itu jaringan dealer PT. PIOLA tersebar di 7 kota besar Indonesia, yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang dan Makassar.

Foto: Departemen Periklanan PT. PIOLA membuat display yang sangat menarik
 untuk mempromosikan kendaraan komersial 
VW.

Nama PIOLA semakin populer di tahun 1960-an karena aktif menjadi promotor berbagai kegiatan otomotif yang di selenggarakan IPMJ (Ikatan Penggemar Motor Jakarta) dan IMI (Ikatan Motor Indonesia).

Foto: Konvoi Beetle di Salemba, Jakarta pada 1960-an.
 Khusus untuk Karmann Ghia, harganya pada waktu itu lebih mahal dari Beetle dan bisa dikategorikan mobil sport. Untuk mempromosikan mobil ini, digunakan dalam setiap kegiatan otomotif yang disponsori PT. PIOLA.
Foto Display VW yang dilakukan PT. PIOLA untuk mendongkak penjualan

Dalam kunjungan kenegaraannya ke Jerman Barat (4-6 September 1970), Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan para industriawan dan pengusaha Jerman Barat. Sehingga kemudian pada 1970, Volkswagen AG memasuki pasar Indonesia dan, bersama-sama dengan Daimler-Benz AG dan perusahaan Indonesia mendirikan sebuah perusahaan perakitan PT. German Motor Manufacturing. Seorang wakil dari Volkswagen AG menjabat sebagai Direktur Keuangan; eksekutif lainnya dari Wolfsburg untuk meningkatkan produksi. Pabrik perakitan ini yang akan meng-assembling mobil VW dan Mercedes-Benz di Indonesia. Pendirian pabrik perakitan terpisah dari agen tunggal mengacu kepada peraturan Pemerintah Indonesia ketika itu. Selanjutnya, pabrik perakitan dibangun di Jl. Sulawesi 1 Tanjung Priok, Jakarta.
Foto Suasana di Glodok Jakarta tahun 1970, banyak mobil
termasuk VW seri pertama 

Pada 23 September 1971, resmi didirikan PT. Garuda Mataram Motor Company (selanjutnya disebut PT. Garuda Mataram), yang merupakan investasi TNI Angkatan Darat. Keagenan VW dialihkan dari PT. PIOLA kepada PT. Garuda Mataram menjadikan perusahaan ini sebagai sole agentsole assembler dan sole distributor VW di Indonesia. PT. PIOLA sendiri kemudian menjadi dealer (penyalur) tetap.

Presiden Direktur PT. Garuda Mataram kala itu adalah Brigjen. Sofjar dari BKS KOSTRAD, sedangkan Presiden Komisarisnya adalah Panglima KOSTRAD. Para pemegang saham: Brigjen. Sofjar (Finansial Officer, KOSTRAD) 25%, Jenderal Cokropranolo (Aspri) 25%, Herman Setyadi (pengusaha keturunan) 25%, Sjarief Margetan (pengusaha keturunan dari kelompok Maxim/Mantrust) 25%. Dan Sfojan Wanandi (Liem Bian Koen-finansial Officer for  Opsus) sebagai Komisaris
Di tangan PT. Garuda Mataram, VW mulai kembali dipasarkan di Indonesia dan akan di-assembling di PT. German Motor Manufacturing. Selain mengandalkan produk Beetle, Combi/Microbus dan Safari, perusahaan berplat hijau ini juga berencana memasarkan tipe VW lainnya. PT. Garuda Mataram berharap dapat memasok kebutuhan mobil VW di masyarakat Indonesia, termasuk di instansi militer dan instansi pemerintah Indonesia.
Foto: Perakitan VW bersama Mercedes-Benz di Pabrik Perakitan
PT. German Motor Manufacturing di Tanjung Priok, Jakarta.

Ketika Brigjen. Sofjar meninggal pada 1973, jabatan Direktur Utama PT. Garuda Mataram dialihkan Presiden Soeharto kepada Kol. Arifin Adil.
Pada akhirnya keinginan PT. Garuda Mataram untuk manufacturing sendiri mobil di dalam negeri bisa terlaksana di tahun 1974. Sekalipun sebagai permulaan, mesin 1600 cc dan chasis masih diimpor dari Jerman. Karoseri body-nya dibuat oleh PT. Sakura Steel, Jakarta. Dan mobil VW pertama made in Indonesia ini diberi nama MITRA, yang merupakan singkatan dari “Mini Transport Rakyat”. Dalam bahasa Sansekerta, MITRA berarti "teman, kawan atau sahabat". Jadi dalam hubungannya dengan mobil ini, MITRA juga bisa diartikan sebagai TEMAN DALAM BERUSAHA. Keunikan mobil ini, mesinnya berada di depan. Prototipe MITRA kemudian menjalani masa percobaan untuk menguji kemampuannya.
Foto: Prototype Mitra yang mengalami uji

Dengan mesin 1600cc, MITRA memiliki konsumsi bensin 10 liter untuk 100 Km dan telah dinyatakan lulus uji kelaikan jalan (Jawa-Bali) 10.000 Km tanpa berhenti. Rangka, tangki bensin dan landasannya kemudian dibuat oleh PT. PINDAD Bandung. Kacanya 200% lebih mahal dibanding harga impor kaca ini adalah buatan PT. Asahimas. "Makin banyaknya local content (kandungan lokal) harga malah makin tinggi," kata Sofjan Wanandi yang menunjuk pada kaca sebagai contoh. Seluruh karoseri adalah produksi PT. German Motor Manufacturing yang juga merakit kendaraan itu. Mengetahui pasaran sedang lesu, PT. Garuda Mataram mencoba menawarkan penjualannya dengan bantuan kredit bank. Tercatat ada dua perusahaan yang pertama kali memesannya, yaitu PT. PROPELAD (Proyek Perhotelan Angkatan Darat) dan PT. Pelita Air Service.
 Pada 18 Juni 1974, beberapa mobil MITRA dan komponen-komponennya diperlihatkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta, atas inisiatif Menteri Perindustrian M. Jusuf didampingi Direktur Utama PT. Garuda Mataram Arifin Adil.
Foto Bapak Presiden Soeharto meresmikan VW Mitra
Foto Bapak Presiden Soeharto mencoba prototype VW Mitra
Foto Bapak Presiden mengamati komponen VW Mitra
Foto VW Mitra Chassis & semi cabin

Foto Chassis VW Mitra dan Layout power train

Pada 1975, MITRA - Combi versi Indonesia - mulai diproduksi dan dipasarkan. Dalam promosinya, PT. Garuda Mataram mengklaim sebagai “Kendaraan Pertama Buatan Indonesia“. Chasis-selanjutnyanya telah dibuat di dalam negeri oleh PT. PINDAD Bandung. Karoseri mobil dibuat oleh PT. German Motor Manufacturing. Sebanyak 40% komponennya adalah buatan dalam negeri, mengacu pada peraturan pemerintah ketika itu. MITRA dipasarkan dengan harga Rp.1.700.000,- jauh di bawah harga Kombi dan Microbus yang ketika itu dipasarkan dengan harga Rp.3.750.000,- dan Rp.3.950.000,-.

Pada pertengahan 1976, PT. Garuda Mataram menggandeng Yayasan Dharma Putra KOSTRAD menjadi salah satu pemegang saham sebesar 60%, mengubah kebijakan dan mengganti Direktur Utama untuk memperbaiki kinerja pemasaran dan menaikan posisi VW ke golongan ’lima besar’. Sofyan Wanandi kemudian dipilih sebagai Direktur Utama yang baru. Wanandi selagi masih jadi demonstran pada 1966, dikenal sebagai Liem Bian Koen. Melihat umur dan pengalaman Wanandi dalam bisnis, apalagi untuk mengepalai suatu usaha sebesar PT. Garuda Mataram, sebagian kalangan eksekutif perusahaan swasta agak ragu akan manfaat pengangkatan ini. Tapi Wanandi bukan sembarang anak bawang. Dia didukung oleh Yayasan Dharma Putera KOSTRAD. Sebelum jadi Direktur Utama, Wanandi sesungguhnya sudah "di belakang" sebagai Komisaris. Sofyan Wanandi adalah tangan kanan Jenderal Sudjono Humardani, yang juga Asisten Pribadi Presiden Soeharto. Rapat kerja selama dua hari kemudian dilaksanakan di Hotel Sari Pacific Jakarta, pada awal 1977, yang di hadiri 45 peserta dari 32 penyalur di seluruh Indonesia.
Pada pemasaran VW Mitra, ditawarkan dalam berbagai macam konfigurasi, mulai dari Pick Up, Van , Ambulans, Box, Bus, Double Cabin, Hingga Hanya Chassis setengah kabin  depan saja (agar bisa dikembangkan dikaroseri lain), tentunya dengan harga yang terjangkau karena mobil ini merupakan proyek mobil nasional yang bertujuan membuat mobil bisa dibeli banyak orang.
 
Foto VW Mitra model Kombi LieferWagen
karoseri German Motor 

Foto VW Mitra model Kombi LieferWagen
Blind Van karoseri German Motor
Foto VW Mitra yang digunakan untuk box
usaha Laundry 
Foto VW Mitra model Kombi LieferWagen
Ambulance karoseri German Motor

Foto VW Mitra chassis semi kabin yang di karoseri di
Karoseri ABC Magelang menjadi Stationwagon

Hingga Februari 1977, mobil MITRA yang berhasil dijual berjumlah 751 unit. Pemasarannya dilakukan di seluruh Indonesia, dengan meng-cover 5 daerah yang dianggap strategis, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar (d/h Ujung Pandang) untuk meng-cover daerah Indonesia Timur. Mobil MITRA telah dipakai atau dipergunakan untuk PEMILU, oleh HANKAM, TNI - AD, POLRI, BUMD, kedinasan,hotel dan travel biro, perusahaan swasta, sebagai truk sampah, dan juga oleh rumah sakit sebagai ambulance. Disamping sebagai angkutan kendaraan umum lainnya.
Foto Iklan mobil VW Mitra Pickup

Pada November 1977, PT. Garuda Mataram memperkenalkan prototipe Mini-Bus, sebagai angkutan umum penumpang baik dalam kota maupun luar kota. Konsep pengembangan dari MITRA dengan model lebih persegi mirip mobil bus. PT. Garuda Mataram mengklaim bahwa Mini-Bus ini semakin sedikit bergantung pada komponen impor, kecuali untuk mesin, transmisi, rem dan kemudi. Sisa 60% adalah komponen buatan dalam negeri. "Kami telah mencoba mendahului (perusahaan perakitan) yang lain," kata Direktur Utama Sofyan Wanandi pada waktu itu. Umumnya perusahaan perakitan sudah diminta oleh pemerintah supaya secara berangsur mengurangi pemakaian komponen impor, terutama untuk kendaraan niaga, yang mendapat dorongan pemerintah, keharusan menggunakan komponen domestik sangat didesak menjelang 1984. Enam tahun lagi dijadwalkan bahwa mesin pun sudah harus dibuat di dalam negeri.

 
Foto Prototype Mobil Nasional VW Minibus Komodo yang gagal dipasarkan
Meskipun VW telah lebih dulu mengikuti jadwal tersebut, pemasarannya di Indonesia tidak begitu bagus, karena dikalahkan oleh kendaraan Jepang sehingga  jadi ketinggalan. PT Garuda Mataram meski prihatin dengan kondisi tersebut, tapi tetap optimistis dengan Mini-Bus, yang menurut Wanandi, "boleh diandalkan." Mini-Bus bisa memuat 16 orang, tapi bisa dirubah untuk 10 penumpang saja kalau mau lebih lega. Memungkinkan pula untuk menjadi ambulance atau mobil jenazah. Mini-Bus juga memiliki nama lain yaitu VW Komodo, nama ini berasal dari olok-olokan di lingkungan pegawai PT. Garuda Mataram.

Mini-Bus ini ternyata tidak laku di pasaran. Karoseri bodinya terlalu berat sehingga mengurangi kemampuan mesinnya. Proyek ini kemudian dihentikan dan 2 unit prototipe Mini-Bus yang sempat dibuat kemudian di jual ke intern pegawai PT. Garuda Mataram beberapa tahun kemudian melalui lelang. Inilah embrio sebenarnya dari Mobil Nasional Buatan Indonesia.
Proyek pembuatan MITRA akhirnya dihentikan, karena kerugian yang dirasakan PT. Garuda Mataram begitu besar, akibat penjualan yang tidak sesuai dengan harapan. Mobil MITRA yang berhasil dijual hanya berjumlah sekitar 900 unit, hampir semua ke sektor Pemerintah. Kurang lakunya MITRA, jika dibandingkan dengan pesaing terdekatnya Toyota Kijang, akibat adanya perbedaan kualitas dalam sekali pandang antara MITRA yang satu dengan yang lain. Hal ini dapat dimaklumi karena pihak perakit hanya menyediakan mesin lengkap dengan transmisi, chassis, komponen kemudi roda dan sistim kelistrikannya, sedangkan kualitas pengerjaan bodi dan lainnya tergantung pada perusahaan karoseri mana yang ditunjuk. Stock MITRA yang belum terjual menumpuk di beberapa dealer VW, antara lain seperti yang terjadi di Medan dan Makassar
VW Mitra  sendiri merupakan dari VW EA489 basistransporter yang memang diciptakan oleh VW Jerman untuk memenuhi pasar kendaraan komersial murah, EA489 memiliki platform truk kecil berpenggerak roda depan dengan mesin VW berpendingin udara yang diletakkan di depan. Bisa diaplikasikan menjadi kendaraan niaga model apa saja, oleh sebab itu disebut Basistransporter.
VW Mitra sebenarnya bukan produk mobil nasional melainkan produk global dengan sentuhan Indonesia, terutama untuk karoseri tambahannya. Di Turkey VW EA 489 yang dijual adalah bentuk perubahan body yang pertama, sedang untuk Mitra adalah bentuk perubahan body  ke dua. Selanjutnya model perubahan body ke dua pada mobil  VW ini banyak di temui untuk produksi kombi Brasil tahun 1997-2014 sebagai VW Transporter T2C. Namun dengan layout mesin di belakang  gerak roda belakang dengan grill angin dari depan
Foto VW EA489 di Amsterdam model perubahan pertama
Foto VW EA489 di Turkey model perubahan pertama
Foto VW EA489 di Brassil model perubahan pertama
Foto VW Mitra exDepdikbud di JEC Yogyakarta 2017
Foto rongsokan Mitra di salah satu tempat mobil bekas di Surabaya
Foto Mobil VW Mitra Damkar berhasil di restorasi
di salah satu lokasi di Madiun
Foto VW Mitra di modifikasi tronton pengangkut, di
Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, 2018

.VW Mitra ini menggunakan mesin VW Boxer 4 cylinder berkapasitas 1600cc dengan konfigurasi  OHV Pushrod, dengan  menggunakan pendingin udara bertekanan,  mesin ini mampu menghasilkan tenaga maksimal 45 HP dan torsi maksimal 98 nm. Tenaga dari mesin  kemudian  disalurkan melalui transmisi manual 4 percepatan ke roda depan.  



Foto Rangka dan suspensi  depan serta
layout powertrain VW Mitra

Foto Rangka, suspensi belakang, serta Rigid
unpowered solid  axle (lazy axle)

Walaupun bodynya bongsor VW Mitra hanya mempunyai payload sebesar 1 ton, kalah jauh dengan kehadiran pickup Jepang yang saat itu sedang merajai, yaitu Colt T120 dan rivalnya  Toyota Hi-Ace, yang menggunakan platform mesin tengah dengan gerak roda belakang.


Image result for VW T2c brassil
Foto VW Brasil T2c Transporter yang menggunakan parts body EA 489
perubahan yang ke dua (mirip Mitra)


SPESIFIKASI TEKNIS VW MITRA (EA489 VERSI INDONESIA
Chasis
Simple Ladder Frame
Engine Configuration

Engine Displacement
Motive DIN Power:

Power train Layout:
Suspension: FRONT
Suspension :REAR
Roadwheels :
Maximum Speed:
Payload: 
Class:
Wheelbase:
Length:
Width
Height
Kerb weight
Flat four ‘boxer’ cylinder, overhead valve (OHV) with pushrods air-cooled system
1,584 cubic centimetres (96.7 cu in).
33 kilowatts (45 PS; 44 bhp) @ 4,000 revolutions per minute, 37 kW (50 PS; 50 bhp).
front mounted engine (under the cab), front-wheel drive.
 – independent, longitudinal torsion bars & wishbones.
– rigid unpowered solid axle (lazy axle) with leaf springs.
4.5J x 14″
85 kilometres per hour (52.8 mph).
1,000 kilograms (2,205 lb).
commercial vehicle.
2,395 mm (94.3 in).
4,064 mm (160.0 in).
1,684 mm (66.3) at cab.
1,988 mm (78.3 in).
1,290 kg (2,844 lb)


No comments:

Post a Comment